Royand. Powered by Blogger.

proposal PTK



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah

Berhasil tidaknya sebuah kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada keprofesionalan seorang Guru dalam merancang pembelajaran serta menyelesaikannya. Guru harus pandai menentukan metode yang tepat, alat dan sumber yang sesuai, cara menyampaikan materi dengan bahasa yang luwes, tegas dan jelas, bijak terhadap peserta didik serta sarana prasarana yang mendukung lancarnya proses pembelajaran, tanpa itu semua kecil kemungkinanya untuk berhasil.        
Ada kalanya Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran       tertentu yang penyebabnya berasal  dari Guru atau bisa juga berasal dari            Siswa sendiri.
Seperti ketika melaksanakan pembelajaran Sitem kopling di kelas X dengan materi Cara kerja Sitem kopling, masih banyak siswa yang belum memahami bagaimana cara kerja system kopling pada mobil yang di akibatkan oleh metode yang terlalu aktip pada guru itu sendiri yang kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dikelas.            
Oleh    karena itu untuk meningkatkan kompetensi sistem kopling maka guru akan memperbaiki kinerja dengan mengganti metode yang digunakan, penggunaan metode problem based learning dalam pembelajaran kompetensi system kopling akan lebih tepat karena ,dalam metode ini siswa akan lebih aktip mencari serta menggali informasi dan kompetensi system kopling.           
              Penggunaan metode PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL) dalam pembelajaran Sistem kopling diharapkan dapat meningkatkan potensi dan kemampuan dari setiap individu secara optimal serta meningkatkan aktifitas, kreatifitas, dan disiplin dalam belajar, yang lebih khususnya dalam memahami cara kerja sitem kopling.



2.      Rumusan Dan  Rencana Pemecahan Masalah
1)  Rumusan Masalah           
            Berdasarkan  hal tersebut diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
a.      Apakah penerapan metode problem based learning (PBL) dapat meningkatakan kualitas pembelajaran pada system kopling siswa kelas X SMK X Semarang ?
b.      Bagaimana meningkatkan kualitas dan kompentensi system kopling pada siswa kelas X SMK X Semarang?

2)      Rencana Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pemahama siswa pada system kopling dilakukan melalui metode PROBLEM PASSED LEARNING (PBL) dimana dalam belajar system kopling siswa harus mengidentifikasi serta mencari informasi baru yang perlu siswa tahu. Metode problem based learning  yaitu    pedagogi yang berpusat pada siswa di mana siswa belajar tentang subjek melalui pengalaman pemecahan masalah. Siswa belajar baik strategi berpikir dan pengetahuan domain. Tujuan dari PBL adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang fleksibel, keterampilan pemecahan masalah yang efektif, belajar mandiri, keterampilan kolaborasi yang efektif dan motivasi intrinsik. Masalah pembelajaran berbasis adalah gaya pembelajaran aktif.
            Metode PROBLEM BASED LEARNING (PBL) dapat meningkatkan  kualitas belajar serta pemahaman siswa pada system kopling karena model belajar ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengitegrasikan pengetahuan baru. Siswa diberikan permasalahan pada awal pelaksanaan pembelajaranm oleh guru, selajutnya selama pelaksanaan pembelajaran siswa memecahkanya, yang akhirnya mengintegrasi pengetahuan kedalam bentuk laporan.



2.      Tujuan Penelitian           
      Suatu kegiatan akan lebih terarah apabila mempunyai tujuan. Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah:         
a.       Untuk mendeskripsikan penggunaan, metode PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL) dalam meningkatkan kopetensi  sistem kopling di kelas X smk X semarang.
b.      Untuk mengetahui dampak penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan metode PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL).
3.      Manfaat Penelitian
·        Manfaat Penelitian Bagi Guru Diataranya :
1.      Guru lebih professional dalam meningkatkan  kinerjanya.
2.      Guru lebih termotivasi dalam memperbaiki perilaku dan segala kelemahan yang dimilikinya.
3.Guru lebih memahami perbedaan kemempuan individu siswa.
4.      Terjadi iklim yang kondusif anatar guru dan siswa.
·                    Manfaat Penelitian Bagi Siswa Diantaranya :
1.      Siswa merasa diperhatikan
2.      Hasil belajar siswa lebih meningkat
3.      Kemempuan dan pemehaman siswa lebih meningkat
4.      Siswa lebih aktif dalam belajar
·                    Manfaat Bagi Sekolah Adalah :
Dengan memiliki siswa yang aktif kreatif, terampil, dan cerdas serta guru yang professional, maka akan memndapatkan kepercayaan dari orang tua, masyarakat dan pemerintah.






BAB II
 LANDASAN TEORI
A.        SYSTEM KOPLING
           Kopling atau cluth adalah suatau peralatan transmisi yang menghubungkan poros engkol dengan poros roda gigi transmisi, kopling berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin ke transmisi, kemudian mengubah tingkat kecepatan sesuai denagn yang diinginkan.

1.   KOMPONEN UTAMA KOPLING
1.Roda Penerus
      Selain sebagai penstabil putaran motor,roda penerus juga berfungsi sebagai dudukan hamper seluruh komponen kopling 
2.Pelat Kopling
      Pelat kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja yang berkualitas tinggi .kedua sisi pelat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefisien gesek tinggi.bahan gesek (Kampas)ini disatukan dengan pelat kopling dengan menggunakan keling (rivet).dan pada permukaan pelatnya diberi kepingan logam yang fungsinya untuk memperkuat dan juga untuk menyalurkan panas.

3.Pelat Tekan
      Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk bulat dan diameternya hamper sama dengan diameter pelat kopling. Salah satu sisinya(sisi yang berhubungan dengan pelat kopling ) dibuat halus ,sisi ini akan menekan pelat kopling dan roda penerus , sisi lainnya mempunyai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan penempatan komponen kopling lainnya.

4.Unit Pelat Tekan
      Sebagai salah satu kesatuan dengan pelat penekan ,pelat penekan dilengkapi dengan sejumlahpegas spiral atau pegas diafragma ,tutup dan tuas penekan , pegas digunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat tekan,pelat kopling dan roda penerus jumlah pegas (kekuatan tekan)disesuaikan dengan besar daya yang harus dipindahkan .

5.Rumah Kopling
      Rumah kopling terbuat dari besi tuang atau alumunium. Rumah kopling menutupi seluruh unit kopling dan mekanisme penggerak . rumah kopling umumnya mempunyai daerah yang terbuka yang berfungsi sebagai saluran udara.
2.       PRINSIP KERJA KOPLING           
Pada saat drive disc dan driven disc bersinggungan, maka drive disc memutar driven disc yang berhubungan dengan input transmisi. Sebagai hasilnya torsi/gaya putar dari mesin ditransfer melalui kopling ke komponen pemindah daya yang lainnya hingga ke roda penggerak.

3.         JENIS KOPLING
A) Kopling Basah
1.Kopling Fleksibel
Adalah jenis kopling yang digunakan pada system penyaluran tenaga dengan menggunakan sabuk kipas (v-belt) dan puli sehingga juga idler pulley.puli sebagai kopling harus ditempatkan dekat puli yang digerakan (driven pulley)
2.Kopling Fluida
Merupakan komponen untuk memindahkan momen dari mesin ke transmisi ,sama seperti kopling gesek namun bekerja secara otomatis dan lebih lembut.kopling fluida terdiri atas pump impeller(bagian menggerakan) dan turbine runerer (bagian yang digerakan ).

B) Kopling Kering
kopling kering /kopling otomatis dilengkapi 2 kopling (double clutch) yang pertama dapat memutuskan dan menyambungkan tenaga dari hub kopling langsung ke bagian poros engkol dan kopling kedua dapat memutuskan dan menyambungkan tenaga dari rumah kopling ke bagian hub kopling dengan terlebih dahulu melalui pelat gesek dan pelat tekan.
4.      MACAM-MACAM KOPLING
A) kopling kaku :
         1.kopling bus
         2.Kopling flens kaku
        3.kopling flens tempa

B) kopling luwes :
            1.kopling flens luwes
            2.kopling karet bintang
            3.kopling karet ban
            4.kopling gigi
            5.kopling rantai
C) kopling universal :
1.kopling universal itock
      2.kopling universal kecepatan tetap




















B. METODE PBL
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah pedagogi yang berpusat pada siswa di mana siswa belajar tentang subjek melalui pengalaman pemecahan masalah. Siswa belajar baik strategi berpikir dan pengetahuan domain
Terdapat paling sedikit empat teori belajar yang melandasi model Problem Based Learning. Keempat teori belajar itu adalah teori belajar dari Jean Piaget dan pandangan konstruktivismenya, teori belajar David Ausubel, teori belajar Vygotsky dan teori belajar dari Jerome Bruner dengan pembelajaran penemuan. Selanjutnya masing-masing teori belajar dijelaskan sebagai berikut:

a. Teori Belajar Jean Piaget dan Pandangan Konstruktivisme.
Piaget terkenal dengan teori belajarnya yang biasa disebut perkembangan mental manusia atau teori perkembangan kognitif atau disebut juga teori perkembangan intelektual yang berkenaan dengan kesiapan anak untuk mampu belajar (Runi, 2005:30). Sedangkan dalam kaitannya dengan teori belajar konstruktivisme, Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama, menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Menurut Suparno (dalam Runi, 2005: 31), secara garis besar prinsip konstruktivisme yang diambil adalah:
(1)  Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial;
(2)  Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar;
(3)  Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi pemahaman konsep ilmiah;
(4)  Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses pembentukan pengetahuan siswa dapat terjadi dengan mudah.
Kaitan antara teori belajar Piaget dan pandangan konstruktivisme dengan PBL adalah prinsip-prinsip PBL.sejalan dengan pandangan teori belajar tersebut. Siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahamannya, dengan cara interaksi dengan lingkungannya melalui proses asimilasi dan akomodasi.
b. Teori Belajar David Ausubel
Teori belajar David Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya. Menurut Ausubel (Runi, 2005: 32) belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.Ausubel dalam Suparno (1997), membedakan belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghapal (rote learning). Belajar bermakna adalah proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghapal diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya.Belajar bermakna Ausubel erat kaitannya dengan belajar berbasis masalah (PBL), karena dalam pembelajaran ini pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi melainkan siswa menemukan kembali. Selain itu pada pembelajaran ini, informasi baru dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

c. Teori Belajar Vygotsky.
Teori belajar Vygotsky sejalan dengan teori belajar Piaget yang meyakini bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu yang bersangkutan berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru (Ibrahim dan Nur, 2000: 18).


Tetapi lebih lanjut dikatakan oleh Ibrahim dan Nur (dalam Runi, 2005: 33) bahwa dalam hal lain keyakinan Vigotsky berbeda dengan Piaget, dimana Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada aspek sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.Prinsip-prinsip teori Vygotsky tersebut di atas merupakan bagian dari kegiatan PBL melalui bekerja dan belajar pada kelompok kecil.
d. Teori Belajar Jerome S. Bruner.
Bruner terkenal dengan metode penemuannya, yang dimaksud dengan penemuan disini adalah siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Kaitannya dengan belajar, Bruner memandang bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar dalam Runi, 2005:33).
Konsep lain dari Bruner yang ada kaitannya dengan PBL yaitu scaffolding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Menurut Bruner scaffolding merupakan suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.
Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Runi, 2005: 20) PBL atau pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa karakteristik, dan masing-masing karakteristik tersebut mengandung makna. Karakteristik-karakteristik tersebut meliputi:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah), merupakan hal penting baik secara hubungan social maupun secara pribadi untuk siswa karena masalah yang diajukan merupakan situasi dunia nyata yang memungkinkan adanya berbagai macam solusi. Hal ini diperlukan untuk melatih siswa dalam memecahkan suatu masalah sama halnya dalam dunia nyata atau kerja. Misalkan dalam penerapan pokok bahasan catu daya siswa dituntut untuk memecahkan masalah  sebelumnya (antar disiplin) seperti dalam hal mengenai komponen pasif yang digunakan untuk membuat suatu penyearah atau juga fungsi transformator sebagai penurun tegangan yang telah didapat pada program diklat transformator secara khusus”. 
b.       Penyelidikan autentik, artinya siswa harus menganalisis dan mengidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
c.  Kerja sama, artinya pada saat proses belajar mengajar siswa bekerja sama secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong berbagai inkuiri dan dialog serta perkembangan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
”Dalam mengajukan permasalahan, guru menugaskan kepada siswa untuk melaksanakan praktek pembuatan penyearah secara mandiri yang dilakukan dengan pembentukan kelompok belajar sehingga dapat menimbulkan suasana kerja sama yang menuntut siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan disiplin.”
Dalam mengimplmentasikan PBL, kejadian-kejadian yang harus muncul menurut Pierce dan Jones (Runi,2005: 21) adalah:
a. Keterlibatan (engagment), siswa berperan aktif sebagai pemecah masalah. Siswa dihadapkan pada situasi yang mendorongnya untuk mampu menemukan masalah dan memecahkannya.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiri and investigation), siswa bekerja sama dengan yang lainnya untuk menemukan dan mengumpulkan informasi melalui kegiatan penyelidikan.
c. Performansi (performance), siswa bekerjasama melakukan diskusi untuk menemukan penyelesaian masalah yang disajikan.
d. Tanya jawab (debriefing), siswa melakukan sharing mengenai pendapat dan idenya dengan yang lain melalui kegiatan tanya jawab untuk mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah  masalah.
e. Presentation of finding, siswa menuliskan rencana, laporan kegiatan atau produk lain yang dihasilkan selama pembelajaran kemudian mempresentasikannya kepada yang lain di depan kelas.


Barrow mendefinisikan Model Pembelajaran Berbasis masalah sebagai :          
    1. Siswa
Belajar centered           
    2.
Belajar dilakukan dalam Grup Mahasiswa Kecil, idealnya 6-10 orang         
    3. Fasilitator atau Tutor
membimbing siswa ketimbang mengajar      
    4.
Masalah A membentuk dasar untuk fokus terorganisir kelompok, dan merangsang belajar
    5. Masalahnya adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Ini
merangsang proses kognitif.       
    6.New
pengetahuan diperoleh melalui Self-Directed Learning (SDL)Konstruktivisme dan PBL           
 
Pembelajaran Berbasis Masalah alamat kebutuhan untuk mempromosikan hidup lama belajar melalui proses penyelidikan dan pembelajaran konstruktivistik [2]. PBL dapat dianggap sebagai konstruktivis approch dengan instruksi, menekankan kolaboratif dan self-directed learning dan didukung oleh perancah guru fleksibel. [ 16] Yew dan Schmidt, [17] Schmidt, dan Hung rumit pada proses konstruktivis kognitif PBL:
           
    1. Peserta didik disajikan dengan masalah dan melalui diskusi dalam kelompok mereka, mengaktifkan pengetahuan awal
mereka.
    2. Dalam kelompok mereka, mereka mengembangkan teori mungkin atau hipotesis untuk menjelaskan
masalah. Bersama-sama mereka mengidentifikasi masalah belajar yang akan diteliti. Mereka membangun sebuah model utama bersama untuk menjelaskan masalah yang dihadapi. Fasilitator memberikan perancah, yang merupakan kerangka kerja di mana siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut.               
    3. Setelah tim kerja awal, siswa bekerja secara independen dalam studi diarahkan diri untuk meneliti permasalahan yang diidentifikasi. 
4. Para siswa kembali-kelompok untuk mendiskusikan temuan mereka dan memperbaiki penjelasan awal mereka berdasarkan apa yang mereka pelajari.
Dengan proses tersebut siswa akan mampu menguasai kompetensi sisitem kopling dengan mudah.

C. KERANGKA PIKIR
Refleksi awal
 
Kompetensi system kopling adalah  kompetensi yang sulit untuk dipahami siswa dengan cepat karena metode yang digunakan masih berpatokan pada penyampaian teori  oleh guru sehingga siswa tidak mampu mengekplorasi kemampuannya serta tidak mempunyai kesempatan untuk memahami lebih jelas, maka dengan meggunakan metode PBL akan menciptakan kondisi belajar yang lebih baik karena siswa akan mampu mengeksplorasi pemahamannya denagn di hadapakan langsung pada sebuah masalah yang terjadi sehingga dapat meningkatkan kompetensi system kopling.
 

















D.     HIPOTESIS
      metode PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL) dapat meningkatkan proses belajar kompetensi system kopling kleas X  di Smk X Semarang.



































BAB III
METODE PENELITIAN
A.)   Pendekatan Penelitian
   Dari tujuan penelitian yang di ambil penelitian ini yaitu meningkatkan kompetensi system kopling dengan melakukan penelitian tindakan kelas, dan dengan menggunakan metode problem based learning akan meningkatkan kompetensi system kopling pada siswa,karena denagn menggunakan PBL siswa akan lebih aaaktip mencari dan menggali informasi setra memecahakan masalah terhadap kompetensi system kopling.berdasarkan teori yang menyatakan “jika kita melihat mendengar serta melakukannya maka kita akan ingat”. Artinya ketika kita mampu mengingat denagn baik atas  proses belajar denagn metode PBL maka siswa akan kompeten terhadap system kopling.
 
B.)   Latar Penelitian
   Proses penelitian ini dilakukan  di kelas X smk X semarang selama 6 bulan dimulai sejak 1 januari – 1 juli 2013 jumlah siswa 30 orang.

C.)   Prosedur Penelitian
   Prosedur penelitian tindakan  kelas  dengan alur kegiatan :
PERENCANAAN -> PELAKSANAAN TINDAKAN -> OBSERVASI-> REFLEKSI-> EVALUASI.

D.)   Perencanaan Tindakan
    Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa kegiatan proses belajar kompetensi system kopling hanya menggunakan metode ceramah yang mana peran aktip masih berada pada guru itu sehingga siswa tidak kompeten dalam kompetensi system kopling,
Secara terperinci langkah langkah persiapan untuk melakukan penelitian ini yaitu :
1.       Identifikasi masalah dan penetapan pemecahan masalah
2.       Merencanakan pembelajaran berupa rencana pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3.       Memilih bahan pelajaran yang sesuai.
4.       Menentukan scenario pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
5.       Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan:
-          Toolset sebanyak 5 set
-          SST sebanyak 5 buah
-          Alat ukur dial indicator gauge 5 buah
-          Stand kopling mobil 5 buah
-          Laptop 1 buah
-          Proyektor 1 buah
6.       Menyusun lembar kerja siswa (LKS) sebanyak 30
7.       Menyusun format evaluasi.
8.       Menyusun format observasi masing-masing  2 macam untuk guru dan siswa
Untuk siswa :
-          Langkah siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
-          Pendidikan karakter dan kompetensi siswa yang diinginkan.
Untuk guru :
-          tentang kegiatan guru / kinerja guru.
-          Penampilan (cara mengajar, suara dalam mengajar)
9.       Catatan lapangan

E.)    Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan yang mengacu pada skenario pembelajaran (rencana pembelajaran), yaitu pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model problem based learning. Tahapan pelaksanaan tindakan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: orientasi siswa pada masalah,  mengorganisasikan siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkandan menyajikan hasil karya          dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
pelaksanaan penggunaan metode problem based learning ini dilakukan dalam 3x pertemuan 1x2 jam  @45 menit.





Berikut ini penerpan langkah- langah metode PBL yang diterapkan pada suatu skenario pembelajaran  pokok bahasan sistem kopling.
Pertemuan Pertama :
a.       Kegiatan awal
·         Salam dan berdoa
·         Menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran
·         Apersepasi pembelajaran ,dengan memulai dari :
·         Guru mengenalkan siswa pada masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
“Ketika mobil dalam keadaan menanjak dan panas serta kopling diinjak setengah kemudian timbul asap dari kopling itu ? kenapa hal itu terjadi dan bagamana itu bias terjadi.? ”
Untuk menjawab masalah itu kalian bisa mencari informasi di modul-modul serta diskusikan dengan kelompok kalian dengan di hadapakan pada stand engine system kopling yang sudah disiapkan denagn menganalisis system dan fungsi dari setiap komponen sisitem kopling.
b.      Kegiatan inti
·         Guru menyiapkan alat serta modul modul sebagai bahan rujukan siswa untuk menggali informasi sistem kopling
·         Setelah itu guru menyuruh muridnya untuk bergabung bersama kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya dan menempati tempat yang telah tersedia.
·         Guru membagikan LKS pada setiap kelompok. Kemudian siswa merangkai alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk LKS.
·         Masing-masing individu dalam kelompok diberi dorongan untuk melakukan percobaan dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan permasalahan selama percobaan berlangsung.
·         Guru membimbing siswa menulis laporan sesuai dengan petunjuk LKS.
c.       Kegiatan akhir
·         Penugasan untuk membuat hasil dari proses pembelajaran untuk dapat di presentasikan pada pertemuan berikutnnya.
·         Mengucapkan salam penutup

Pertemuan kedua.
a.       Kegiatan awal
·         Pengucapan salam
·        Guru menanyakan hasil analisis  dari pertemuan pertama
b.      Kegiatan inti
·        Siswa mempresentasikan hasil kegiatannya di depan kelas yang diwakili oleh satu kelompok yang bersedia atau dipilh secara acak, sementara siswa lain menanggapi dengan memberikan pertanyaan atau pendapat.
·        Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelas dan tanya jawab mengenai pembahasan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKS sampai siswa mendapatkan kesimpulan bahwa system kopling bekerja atas tarikan pedal  yang kemudian akan menekan bearing kopling menekan diafragma untuk memisahkan mesin dengan transmisi.
c.       Kegiatan ahir
·         Guru menarik kesimpulan dari hasil proses pembelajaran dan presentasi siswa serta penguatan  tentang sistem kopling.
·         Guru memberitahukan untuk pertemuan berikutnya akan diadakan tes.
Pertemuan ketiga
a.       kegiatan awal
·         salam
·         persiapan lembar tes dan jawab
b.      kegiatan inti
·         Guru memberikan evaluasi dengan test.








F. observasi dan evaluasi
  Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer pada setiap pertemuan. Pengamatan lebih difokuskan pada enam komponen yaitu:
(1)  Keterampilan mengungkapkan apa yang diketahui,
(2)  Keterampilan memisalkan apa yang ditanyakan dengan suatu variabel,
(3)  Keterampilan mengungkapkan apa yang ditanyakan,
(4)  Keterampilan mengekplorasi kompetensi sistem kopling
(5)  Keterampilan mengungkapkan jawaban akhir sesuai dengan makna permasalahan .
(6)  Kemampuan memahami sistem kopling.
G. Refleksi (analisis dan refleksi)
Refleksi dari kegiatan yang dilakukan sebagai berikut    :
1.      Pada saat pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan perintah dan materi yang di arahkan oleh guru.
2.      Nilai hasil pembelajaran yang rendah akan menjadi tinggi.
3.      Para siswa semakin termotivasi untuk memahami materi sistem kopling.
H.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan dokumen, observasi dan tes yang dilakukan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Membuat catatan lapangan dalam belangsungnya kegiatan pembelajaran atas sikap dan perilaku siswa.
2.      Memberikan tes tulis sebelum melakukan kegiatan pembelajaran sistem kopling
3.      Memberikan tes tertulis sesudah melakukan kegiatan pembelajran sisitem kopling di akhir pertemuan sistem kopling.
Cara Pengambilan data :
a.      Data situasi penggunaan metode PBL diambil dengan menggunakan lembar observasi
b.      Data refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas,diambil dengan menggunakan jurnal
c.       Data tentang hasil belajar sistem rem dengan menggunakan tes hasil belajar
I.  Teknik Analisis Data
Data penelitian yang terkumpul dinalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada saat tindakan dan setelah tindakan. Data Penelitian yang akan diraih terdiri dari hasil observasi, hasil tes, dan catatan lapangan.
Rangkaian data yang dianalisis adalah :
1) Pada saat tindakan
Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif, yaitu suatu teknik pemaparan analisa data sesuai dengan hasil temuan lapangan berupa pengamatan dengan cek list dan dokumen. Kedua Instrumen ini digunakan untuk mengukur tingkat respon siswa.
2) Sesudah tindakan
      Peningkatan kelulusan siswa mengikuti ketentuan sekolah “siswa dinyatakan lulus dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh  ≥ 60 dengan nilai maksimal 100”. Dalam penelitian ini juga menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah, karena untuk menentukan persen (%) kelulusan atau ketuntasan siswa yang menggunakan hitungan persen (%), sebagai berikut :

Melakukan penilaian melalui tes dan menggunakan rumus sebagai berikut untuk memperoleh nilai rata-rata kelas :
Keterangan :
                                               

                                               

J. Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dalam penemuan dan pengujian serta peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Leaning ini, meliputi :
a. Jika terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan setiap siklusnya.
b. Jika terdapat peningkatan hasil belajar siswa (individu) melalui pre tes dan post test setiap siklus yang mendapat nilai rata-rata di atas 70 sudah lebih besar dari 70% maka sudah dikatakan berhasil.
c. Jika terdapat peningkatan sikap siswa saat diterapkan proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning semakin meningkat pada setiap siklus.

K.  Jadwal Penelitian

NO.
KEGIATAN
BULAN KE :
1
2
3
4
5
6
1
PERSIAPAN






MENYUSUN KONSEP PERENCANAAN
X
X




MENYUSUN INSTRUMEN

X




2
PELAKSANAAN






MELAKUKAN TINAKAN SIKLUS 1


X
X


MELAKUKAN TINDAKAN SIKLUS II



X
X

3
PEYUSUNAN LAPORAN






MENYUSUN KONSEP LAPORAN




X

PENYEMPURNAN LAPORAN





X





L .Sistematika Penelitian
Halaman sampul
Abstrak
Halaman persetujuan
Halaman pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
        A. Latar Belakang
        B. Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah
        C. Tujuan Penelitian
        D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
        A. Konsep Teori
        B. Penelitian Terdahulu
        C. Indikator Kinerja
        D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
        A. Pendekatan Penelitian
        B. Latar Penelitian
        C. Perencanaan Tindakan
        D. Pelaksanaan Tindakan
        E. Observasi dan Evaluasi
        F. Refleksi
      G.Teknik Pengumpulan Data
      H. Teknik Analisi data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            A. Deskripsi Latar Penelitian
            B. Hasil Penelitian
            C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
            A. Simpulan
            B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Daftar Pustaka
Basuki, Wibawa.2003. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta. Dirjen Pendidikan dasar dan menengah, direktorat Tenaga Kependidikan.
            Mulyasa, H.E. 2011. Paktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja rosdakarya.
Ridwan, Taufik. 2008. Implementasi problem based learning (pbl) pada proses pembelajaran di bptp bandung. http://file.upi.edu/ diakses : 28 September 2012

Rini Widiastuti,2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis E-Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Basis Data Siswa Kelas Xi Rpl Di Smk Telkomsandhy Putra Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id.diakses : 5 januari 2012.

Sarbiran, putu sudira, priyanto.2007. pembelajaran_inovatif_di_smk http://eprints.uny.ac.id. Diakses : 5 januari 2013.
            Suratman, maman. 2001. Servis Dan Reparasi Mobil, bandung : PT. Pustaka Grafika.
Toyota, Pedoman Refarasi Mesin Seri K, 1990. Jakarta : PT. Toyota-astra motor.













Lampiran
PEDOMAN OBSERVASI
A.    Data Aktivitas Siswa Yang Relevan dengan Pembelajaran
No
Indikator
Ketercapaian



Ya
Tidak
1
Keberanian siswa dalam bertanya


2
Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru)


3
Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran


4
Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok)


5
Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran


6
Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat,ikut melakukan kegiatan,selalu mengikuti petunjuk guru)




Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "proposal PTK"
 
Copyright © 2015 dotSHARE - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top