BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Berhasil tidaknya
sebuah kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada keprofesionalan seorang
Guru dalam merancang pembelajaran serta menyelesaikannya. Guru harus pandai
menentukan metode yang tepat, alat dan sumber yang sesuai, cara menyampaikan
materi dengan bahasa yang luwes, tegas dan jelas, bijak terhadap peserta didik
serta sarana prasarana yang mendukung lancarnya proses pembelajaran, tanpa itu
semua kecil kemungkinanya untuk berhasil.
Ada kalanya Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran tertentu yang penyebabnya berasal dari Guru atau bisa juga berasal dari Siswa sendiri.
Seperti ketika melaksanakan pembelajaran Sitem kopling di kelas X dengan materi Cara kerja Sitem kopling, masih banyak siswa yang belum memahami bagaimana cara kerja system kopling pada mobil yang di akibatkan oleh metode yang terlalu aktip pada guru itu sendiri yang kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dikelas.
Ada kalanya Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran tertentu yang penyebabnya berasal dari Guru atau bisa juga berasal dari Siswa sendiri.
Seperti ketika melaksanakan pembelajaran Sitem kopling di kelas X dengan materi Cara kerja Sitem kopling, masih banyak siswa yang belum memahami bagaimana cara kerja system kopling pada mobil yang di akibatkan oleh metode yang terlalu aktip pada guru itu sendiri yang kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dikelas.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kompetensi
sistem kopling maka guru akan memperbaiki kinerja dengan mengganti metode yang
digunakan, penggunaan metode problem
based learning dalam pembelajaran kompetensi system kopling akan lebih
tepat karena ,dalam metode ini siswa akan lebih aktip mencari serta menggali
informasi dan kompetensi system kopling.
Penggunaan metode PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL) dalam pembelajaran Sistem kopling diharapkan dapat meningkatkan potensi dan kemampuan dari setiap individu secara optimal serta meningkatkan aktifitas, kreatifitas, dan disiplin dalam belajar, yang lebih khususnya dalam memahami cara kerja sitem kopling.
Penggunaan metode PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL) dalam pembelajaran Sistem kopling diharapkan dapat meningkatkan potensi dan kemampuan dari setiap individu secara optimal serta meningkatkan aktifitas, kreatifitas, dan disiplin dalam belajar, yang lebih khususnya dalam memahami cara kerja sitem kopling.
2.
Rumusan
Dan Rencana Pemecahan Masalah
1) Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1) Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
a.
Apakah
penerapan metode problem based learning
(PBL) dapat meningkatakan kualitas pembelajaran pada system kopling siswa kelas X SMK X
Semarang ?
b.
Bagaimana
meningkatkan kualitas dan kompentensi system kopling pada siswa kelas X SMK X
Semarang?
2)
Rencana Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan kualitas belajar
dan pemahama siswa pada system kopling dilakukan melalui metode PROBLEM PASSED LEARNING (PBL) dimana
dalam belajar system kopling siswa harus mengidentifikasi serta mencari
informasi baru yang perlu siswa tahu. Metode problem based learning yaitu pedagogi yang
berpusat pada siswa di mana siswa belajar tentang subjek melalui pengalaman
pemecahan masalah. Siswa belajar baik strategi berpikir dan pengetahuan domain.
Tujuan dari PBL adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang
fleksibel, keterampilan pemecahan masalah yang efektif, belajar mandiri,
keterampilan kolaborasi yang efektif dan motivasi intrinsik. Masalah
pembelajaran berbasis adalah gaya pembelajaran aktif.
Metode PROBLEM BASED LEARNING (PBL) dapat
meningkatkan kualitas belajar serta
pemahaman siswa pada system kopling karena model belajar ini menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengitegrasikan pengetahuan
baru. Siswa diberikan permasalahan pada awal pelaksanaan pembelajaranm oleh
guru, selajutnya selama pelaksanaan pembelajaran siswa memecahkanya, yang
akhirnya mengintegrasi pengetahuan kedalam bentuk laporan.
2.
Tujuan
Penelitian
Suatu kegiatan akan lebih terarah apabila mempunyai tujuan. Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah:
Suatu kegiatan akan lebih terarah apabila mempunyai tujuan. Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah:
a. Untuk mendeskripsikan penggunaan, metode
PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL) dalam meningkatkan kopetensi sistem kopling di kelas X smk X semarang.
b. Untuk mengetahui dampak penggunaan
media pembelajaran yang relevan dengan metode PROBLEM- BASED- LEARNING (PBL).
3.
Manfaat Penelitian
·
Manfaat Penelitian Bagi Guru Diataranya
:
1. Guru lebih professional dalam meningkatkan kinerjanya.
2. Guru lebih termotivasi dalam
memperbaiki perilaku dan segala kelemahan yang dimilikinya.
3.Guru lebih memahami perbedaan kemempuan
individu siswa.
4. Terjadi iklim yang kondusif anatar guru
dan siswa.
·
Manfaat Penelitian Bagi Siswa Diantaranya
:
1. Siswa merasa diperhatikan
2. Hasil belajar siswa lebih meningkat
3. Kemempuan dan pemehaman siswa lebih
meningkat
4. Siswa lebih aktif dalam belajar
·
Manfaat Bagi Sekolah Adalah :
Dengan memiliki siswa yang aktif
kreatif, terampil, dan cerdas serta guru yang professional, maka akan
memndapatkan kepercayaan dari orang tua, masyarakat dan pemerintah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
SYSTEM KOPLING
Kopling atau
cluth adalah suatau peralatan transmisi yang menghubungkan poros engkol dengan
poros roda gigi transmisi, kopling berfungsi untuk memindahkan tenaga mesin ke
transmisi, kemudian mengubah tingkat kecepatan sesuai denagn yang diinginkan.
1. KOMPONEN UTAMA KOPLING
1.Roda Penerus
Selain sebagai penstabil putaran
motor,roda penerus juga berfungsi sebagai dudukan hamper seluruh komponen
kopling
2.Pelat Kopling
Pelat kopling berbentuk bulat dan tipis
terbuat dari plat baja yang berkualitas tinggi .kedua sisi pelat kopling
dilapisi dengan bahan yang memiliki koefisien gesek tinggi.bahan gesek
(Kampas)ini disatukan dengan pelat kopling dengan menggunakan keling
(rivet).dan pada permukaan pelatnya diberi kepingan logam yang fungsinya untuk
memperkuat dan juga untuk menyalurkan panas.
3.Pelat Tekan
Pelat tekan kopling terbuat dari besi
tuang.pelat tekan berbentuk bulat dan diameternya hamper sama dengan diameter
pelat kopling. Salah satu sisinya(sisi yang berhubungan dengan pelat kopling )
dibuat halus ,sisi ini akan menekan pelat kopling dan roda penerus , sisi
lainnya mempunyai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan penempatan komponen
kopling lainnya.
4.Unit Pelat Tekan
Sebagai salah satu kesatuan dengan pelat
penekan ,pelat penekan dilengkapi dengan sejumlahpegas spiral atau pegas
diafragma ,tutup dan tuas penekan , pegas digunakan untuk memberikan tekanan
terhadap pelat tekan,pelat kopling dan roda penerus jumlah pegas (kekuatan
tekan)disesuaikan dengan besar daya yang harus dipindahkan .
5.Rumah Kopling
Rumah
kopling terbuat dari besi tuang atau alumunium. Rumah kopling menutupi seluruh
unit kopling dan mekanisme penggerak . rumah kopling umumnya mempunyai daerah
yang terbuka yang berfungsi sebagai saluran udara.
2. PRINSIP KERJA KOPLING
Pada saat drive disc dan driven disc
bersinggungan, maka drive disc memutar driven disc yang berhubungan dengan
input transmisi. Sebagai hasilnya torsi/gaya putar dari mesin ditransfer
melalui kopling ke komponen pemindah daya yang lainnya hingga ke roda penggerak.
3.
JENIS KOPLING
A) Kopling Basah
1.Kopling Fleksibel
Adalah
jenis kopling yang digunakan pada system penyaluran tenaga dengan menggunakan
sabuk kipas (v-belt) dan puli sehingga juga idler pulley.puli sebagai kopling
harus ditempatkan dekat puli yang digerakan (driven pulley)
2.Kopling Fluida
Merupakan
komponen untuk memindahkan momen dari mesin ke transmisi ,sama seperti kopling
gesek namun bekerja secara otomatis dan lebih lembut.kopling fluida terdiri
atas pump impeller(bagian menggerakan) dan turbine runerer (bagian yang
digerakan ).
B) Kopling Kering
kopling
kering /kopling otomatis dilengkapi 2 kopling (double clutch) yang pertama
dapat memutuskan dan menyambungkan tenaga dari hub kopling langsung ke bagian
poros engkol dan kopling kedua dapat memutuskan dan menyambungkan tenaga dari
rumah kopling ke bagian hub kopling dengan terlebih dahulu melalui pelat gesek
dan pelat tekan.
4.
MACAM-MACAM KOPLING
A) kopling kaku :
1.kopling bus
2.Kopling flens
kaku
3.kopling flens
tempa
B) kopling luwes :
1.kopling
flens luwes
2.kopling
karet bintang
3.kopling
karet ban
4.kopling
gigi
5.kopling
rantai
C) kopling universal :
1.kopling
universal itock
2.kopling
universal kecepatan tetap
B. METODE PBL
Pembelajaran
berbasis masalah (PBL) adalah pedagogi yang berpusat pada siswa di mana siswa belajar
tentang subjek melalui pengalaman pemecahan masalah. Siswa belajar baik
strategi berpikir dan pengetahuan domain
Terdapat
paling sedikit empat teori belajar yang melandasi model Problem Based Learning. Keempat teori belajar itu adalah teori
belajar dari Jean Piaget dan pandangan konstruktivismenya, teori belajar David
Ausubel, teori belajar Vygotsky dan teori belajar dari Jerome Bruner dengan
pembelajaran penemuan. Selanjutnya masing-masing teori belajar dijelaskan
sebagai berikut:
a.
Teori Belajar Jean Piaget dan Pandangan
Konstruktivisme.
Piaget terkenal dengan teori belajarnya yang biasa disebut
perkembangan mental manusia atau teori perkembangan kognitif atau disebut juga
teori perkembangan intelektual yang berkenaan dengan kesiapan anak untuk mampu
belajar (Runi, 2005:30). Sedangkan dalam kaitannya dengan teori belajar
konstruktivisme, Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama, menegaskan bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Menurut Suparno (dalam Runi, 2005:
31), secara garis besar prinsip konstruktivisme yang diambil adalah:
(1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik
secara personal maupun secara sosial;
(2) Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke
siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar;
(3) Siswa aktif mengkonstruksi secara terus
menerus, sehingga terjadi pemahaman konsep ilmiah;
(4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan
situasi agar proses pembentukan pengetahuan siswa dapat terjadi dengan mudah.
Kaitan
antara teori belajar Piaget dan pandangan konstruktivisme dengan PBL adalah
prinsip-prinsip PBL.sejalan dengan pandangan teori belajar tersebut. Siswa
secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahamannya, dengan cara interaksi dengan
lingkungannya melalui proses asimilasi dan akomodasi.
b.
Teori Belajar David Ausubel
Teori belajar David Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya.
Menurut Ausubel (Runi, 2005: 32) belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua
dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi
pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang sudah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi
yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.Ausubel dalam Suparno (1997),
membedakan belajar bermakna (meaningful
learning) dan belajar menghapal (rote
learning). Belajar bermakna adalah proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan belajar menghapal diperlukan bila seseorang
memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan
dengan yang telah diketahuinya.Belajar bermakna Ausubel erat kaitannya dengan
belajar berbasis masalah (PBL), karena dalam pembelajaran ini pengetahuan tidak
diberikan dalam bentuk jadi melainkan siswa menemukan kembali. Selain itu pada pembelajaran ini,
informasi baru dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
c.
Teori Belajar Vygotsky.
Teori belajar Vygotsky sejalan dengan teori belajar Piaget yang
meyakini bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan
dengan pengalaman baru dan menantang, dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu yang
bersangkutan berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang
telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru (Ibrahim dan Nur, 2000:
18).
Tetapi lebih lanjut dikatakan oleh Ibrahim dan Nur (dalam Runi,
2005: 33) bahwa dalam hal lain keyakinan Vigotsky berbeda dengan Piaget, dimana
Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada aspek sosial dengan teman lain
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.Prinsip-prinsip
teori Vygotsky tersebut di atas merupakan bagian dari kegiatan PBL melalui
bekerja dan belajar pada kelompok kecil.
d.
Teori Belajar Jerome S. Bruner.
Bruner terkenal dengan metode penemuannya, yang dimaksud dengan
penemuan disini adalah siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama
sekali benar-benar baru. Kaitannya dengan belajar, Bruner memandang bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar dalam Runi, 2005:33).
Konsep lain dari Bruner yang ada kaitannya dengan PBL yaitu scaffolding dan interaksi sosial di
kelas maupun di luar kelas. Menurut Bruner scaffolding merupakan suatu proses untuk membantu siswa
menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui
bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.
Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Runi, 2005: 20) PBL atau
pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa karakteristik, dan
masing-masing karakteristik tersebut mengandung makna.
Karakteristik-karakteristik tersebut meliputi:
a.
Pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami
masalah), merupakan hal penting baik secara hubungan social maupun secara
pribadi untuk siswa karena masalah yang diajukan merupakan situasi dunia nyata
yang memungkinkan adanya berbagai
macam solusi. Hal ini diperlukan untuk melatih siswa dalam memecahkan suatu
masalah sama halnya dalam dunia nyata atau kerja.
Misalkan dalam penerapan pokok bahasan catu daya siswa dituntut untuk
memecahkan masalah sebelumnya (antar disiplin)
seperti dalam hal mengenai komponen pasif yang digunakan untuk membuat suatu
penyearah atau juga fungsi
transformator sebagai penurun tegangan yang telah didapat pada program diklat
transformator secara
khusus”.
b. Penyelidikan
autentik, artinya siswa harus menganalisis dan mengidentifikasi masalah,
mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
c. Kerja sama, artinya pada saat proses belajar mengajar siswa
bekerja sama secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama dalam
pembelajaran berbasis masalah mendorong berbagai inkuiri dan dialog serta perkembangan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
”Dalam mengajukan permasalahan, guru
menugaskan kepada siswa untuk melaksanakan praktek pembuatan penyearah secara
mandiri yang dilakukan dengan pembentukan kelompok belajar sehingga dapat
menimbulkan suasana kerja sama yang menuntut siswa dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan disiplin.”
Dalam mengimplmentasikan PBL, kejadian-kejadian yang harus muncul
menurut Pierce dan Jones (Runi,2005: 21) adalah:
a. Keterlibatan
(engagment), siswa berperan
aktif sebagai pemecah masalah. Siswa dihadapkan pada situasi yang mendorongnya
untuk mampu menemukan masalah dan memecahkannya.
b. Inkuiri
dan investigasi (inquiri and
investigation), siswa bekerja sama dengan yang lainnya untuk menemukan
dan mengumpulkan informasi melalui kegiatan penyelidikan.
c. Performansi
(performance), siswa
bekerjasama melakukan diskusi untuk menemukan penyelesaian masalah yang disajikan.
d. Tanya
jawab (debriefing), siswa
melakukan sharing mengenai
pendapat dan idenya dengan yang lain melalui kegiatan tanya jawab untuk
mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
masalah.
e. Presentation of finding, siswa menuliskan
rencana, laporan kegiatan atau produk lain yang dihasilkan selama pembelajaran
kemudian mempresentasikannya kepada yang lain di depan kelas.
Barrow mendefinisikan Model Pembelajaran Berbasis masalah sebagai :
1. Siswa Belajar centered
2. Belajar dilakukan dalam Grup Mahasiswa Kecil, idealnya 6-10 orang
3. Fasilitator atau Tutor membimbing siswa ketimbang mengajar
4. Masalah A membentuk dasar untuk fokus terorganisir kelompok, dan merangsang belajar
5. Masalahnya adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Ini merangsang proses kognitif.
6.New pengetahuan diperoleh melalui Self-Directed Learning (SDL)Konstruktivisme dan PBL
1. Siswa Belajar centered
2. Belajar dilakukan dalam Grup Mahasiswa Kecil, idealnya 6-10 orang
3. Fasilitator atau Tutor membimbing siswa ketimbang mengajar
4. Masalah A membentuk dasar untuk fokus terorganisir kelompok, dan merangsang belajar
5. Masalahnya adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Ini merangsang proses kognitif.
6.New pengetahuan diperoleh melalui Self-Directed Learning (SDL)Konstruktivisme dan PBL
Pembelajaran Berbasis Masalah alamat kebutuhan untuk mempromosikan hidup lama belajar melalui proses penyelidikan dan pembelajaran konstruktivistik [2]. PBL dapat dianggap sebagai konstruktivis approch dengan instruksi, menekankan kolaboratif dan self-directed learning dan didukung oleh perancah guru fleksibel. [ 16] Yew dan Schmidt, [17] Schmidt, dan Hung rumit pada proses konstruktivis kognitif PBL:
1. Peserta didik disajikan dengan masalah dan melalui diskusi dalam kelompok mereka, mengaktifkan pengetahuan awal mereka.
2. Dalam kelompok mereka, mereka mengembangkan teori mungkin atau hipotesis untuk menjelaskan masalah. Bersama-sama mereka mengidentifikasi masalah belajar yang akan diteliti. Mereka membangun sebuah model utama bersama untuk menjelaskan masalah yang dihadapi. Fasilitator memberikan perancah, yang merupakan kerangka kerja di mana siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Setelah tim kerja awal, siswa bekerja secara
independen dalam studi diarahkan diri untuk meneliti permasalahan yang diidentifikasi.
4. Para siswa kembali-kelompok untuk mendiskusikan temuan mereka dan memperbaiki penjelasan awal mereka berdasarkan apa yang mereka pelajari.
4. Para siswa kembali-kelompok untuk mendiskusikan temuan mereka dan memperbaiki penjelasan awal mereka berdasarkan apa yang mereka pelajari.
Dengan proses tersebut siswa akan mampu
menguasai kompetensi sisitem kopling dengan mudah.
C. KERANGKA PIKIR
|
D.
HIPOTESIS
metode PROBLEM- BASED-
LEARNING (PBL)
dapat meningkatkan proses belajar kompetensi system kopling kleas X di Smk X Semarang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.) Pendekatan Penelitian
Dari tujuan penelitian yang di ambil penelitian
ini yaitu meningkatkan kompetensi system kopling dengan melakukan penelitian
tindakan kelas, dan dengan menggunakan metode problem based learning akan meningkatkan kompetensi system kopling
pada siswa,karena denagn menggunakan PBL siswa akan lebih aaaktip mencari dan
menggali informasi setra memecahakan masalah terhadap kompetensi system
kopling.berdasarkan teori yang menyatakan “jika kita melihat mendengar serta
melakukannya maka kita akan ingat”. Artinya ketika kita mampu mengingat denagn
baik atas proses belajar denagn metode PBL maka siswa akan kompeten terhadap
system kopling.
B.)
Latar
Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan di kelas X smk X semarang selama 6 bulan dimulai
sejak 1 januari – 1 juli 2013 jumlah siswa 30 orang.
C.)
Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas
dengan alur kegiatan :
PERENCANAAN
-> PELAKSANAAN TINDAKAN -> OBSERVASI-> REFLEKSI-> EVALUASI.
D.) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa
kegiatan proses belajar kompetensi system kopling hanya menggunakan metode
ceramah yang mana peran aktip masih berada pada guru itu sehingga siswa tidak
kompeten dalam kompetensi system kopling,
Secara terperinci
langkah langkah persiapan untuk melakukan penelitian ini yaitu :
1.
Identifikasi masalah dan penetapan pemecahan masalah
2.
Merencanakan pembelajaran berupa rencana pembelajaran yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3.
Memilih bahan pelajaran yang sesuai.
4.
Menentukan scenario pembelajaran dengan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL).
5.
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan:
-
Toolset sebanyak 5 set
-
SST sebanyak 5 buah
-
Alat ukur dial indicator
gauge 5 buah
-
Stand kopling mobil 5
buah
-
Laptop 1 buah
-
Proyektor 1 buah
6.
Menyusun lembar kerja siswa (LKS) sebanyak 30
7.
Menyusun format evaluasi.
8.
Menyusun format observasi masing-masing 2 macam untuk guru dan siswa
Untuk siswa :
-
Langkah siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
-
Pendidikan karakter dan kompetensi siswa yang diinginkan.
Untuk guru :
-
tentang kegiatan guru / kinerja guru.
-
Penampilan (cara mengajar, suara dalam mengajar)
9. Catatan
lapangan
E.)
Pelaksanaan
Tindakan
Tindakan yang
dilaksanakan yang mengacu pada skenario pembelajaran (rencana pembelajaran),
yaitu pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model problem based learning.
Tahapan pelaksanaan tindakan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: orientasi
siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkandan menyajikan hasil karya
dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
pelaksanaan penggunaan metode problem based learning ini dilakukan dalam 3x pertemuan 1x2 jam @45 menit.
pelaksanaan penggunaan metode problem based learning ini dilakukan dalam 3x pertemuan 1x2 jam @45 menit.
Berikut ini penerpan
langkah- langah metode PBL yang
diterapkan pada suatu skenario pembelajaran
pokok bahasan sistem kopling.
Pertemuan Pertama :
a.
Kegiatan awal
·
Salam dan berdoa
·
Menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran
·
Apersepasi pembelajaran ,dengan memulai dari :
·
Guru mengenalkan siswa pada masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
“Ketika mobil
dalam keadaan menanjak dan panas serta kopling diinjak setengah kemudian timbul
asap dari kopling itu ? kenapa hal itu terjadi dan bagamana itu bias terjadi.?
”
Untuk menjawab
masalah itu kalian bisa mencari informasi di modul-modul serta diskusikan
dengan kelompok kalian dengan di hadapakan pada stand engine system kopling
yang sudah disiapkan denagn menganalisis system dan fungsi dari setiap komponen
sisitem kopling.
b.
Kegiatan inti
·
Guru menyiapkan alat serta modul modul sebagai bahan rujukan siswa
untuk menggali informasi sistem kopling
·
Setelah itu guru menyuruh muridnya untuk bergabung bersama
kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya dan menempati tempat yang telah
tersedia.
·
Guru membagikan LKS pada setiap kelompok. Kemudian siswa merangkai
alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk
LKS.
·
Masing-masing individu dalam kelompok diberi dorongan untuk
melakukan percobaan dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
permasalahan selama percobaan berlangsung.
·
Guru membimbing siswa menulis
laporan sesuai dengan petunjuk LKS.
c.
Kegiatan akhir
·
Penugasan untuk membuat hasil dari proses pembelajaran untuk dapat
di presentasikan pada pertemuan berikutnnya.
·
Mengucapkan salam penutup
Pertemuan
kedua.
a.
Kegiatan awal
·
Pengucapan salam
·
Guru menanyakan hasil analisis
dari pertemuan pertama
b.
Kegiatan inti
·
Siswa mempresentasikan hasil kegiatannya di depan kelas yang
diwakili oleh satu kelompok yang bersedia atau dipilh secara acak, sementara
siswa lain menanggapi dengan memberikan pertanyaan atau pendapat.
·
Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelas dan tanya
jawab mengenai pembahasan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKS sampai siswa
mendapatkan kesimpulan bahwa system kopling bekerja atas tarikan pedal yang kemudian akan menekan bearing kopling menekan
diafragma untuk memisahkan mesin dengan transmisi.
c.
Kegiatan ahir
·
Guru menarik kesimpulan dari hasil proses pembelajaran dan
presentasi siswa serta penguatan
tentang sistem kopling.
·
Guru memberitahukan untuk pertemuan berikutnya akan diadakan tes.
Pertemuan ketiga
a.
kegiatan awal
·
salam
·
persiapan lembar tes dan jawab
b.
kegiatan inti
·
Guru memberikan evaluasi dengan test.
F. observasi dan evaluasi
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti
dan observer pada setiap pertemuan.
Pengamatan lebih difokuskan pada enam komponen yaitu:
(1) Keterampilan mengungkapkan apa yang
diketahui,
(2) Keterampilan memisalkan apa yang ditanyakan
dengan suatu variabel,
(3) Keterampilan mengungkapkan apa yang
ditanyakan,
(4) Keterampilan mengekplorasi kompetensi sistem
kopling
(5) Keterampilan mengungkapkan jawaban akhir
sesuai dengan makna permasalahan .
(6) Kemampuan memahami sistem kopling.
G. Refleksi (analisis dan refleksi)
Refleksi dari
kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Pada
saat pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan perintah dan materi yang di
arahkan oleh guru.
2. Nilai
hasil pembelajaran yang rendah akan menjadi tinggi.
3. Para
siswa semakin termotivasi untuk memahami materi sistem kopling.
H.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data menggunakan dokumen, observasi dan tes yang dilakukan dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membuat
catatan lapangan dalam belangsungnya kegiatan pembelajaran atas sikap dan
perilaku siswa.
2. Memberikan
tes tulis sebelum melakukan kegiatan pembelajaran sistem kopling
3.
Memberikan tes tertulis sesudah
melakukan kegiatan pembelajran sisitem kopling di akhir pertemuan sistem
kopling.
Cara
Pengambilan data :
a. Data
situasi penggunaan metode PBL diambil
dengan menggunakan lembar observasi
b. Data
refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelas,diambil dengan
menggunakan jurnal
c. Data
tentang hasil belajar sistem rem dengan menggunakan tes hasil belajar
I. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang
terkumpul dinalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis dalam
penelitian ini dilakukan pada saat tindakan dan setelah tindakan. Data
Penelitian yang akan diraih terdiri dari hasil observasi, hasil tes, dan
catatan lapangan.
Rangkaian
data yang dianalisis adalah :
1) Pada saat tindakan
Data dalam penelitian ini dianalisis
secara deskriptif, yaitu suatu teknik pemaparan analisa data sesuai dengan
hasil temuan lapangan berupa pengamatan dengan cek list dan dokumen. Kedua
Instrumen ini digunakan untuk mengukur tingkat respon siswa.
2) Sesudah tindakan
Peningkatan kelulusan
siswa mengikuti ketentuan sekolah “siswa dinyatakan lulus dalam setiap tes jika
nilai yang diperoleh ≥ 60 dengan nilai
maksimal 100”. Dalam penelitian ini juga menggunakan ketentuan yang ditetapkan
sekolah, karena untuk menentukan persen (%) kelulusan atau ketuntasan siswa
yang menggunakan hitungan persen (%), sebagai berikut :
Melakukan
penilaian melalui tes dan menggunakan rumus sebagai berikut untuk memperoleh
nilai rata-rata kelas :
Keterangan :
J.
Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dalam
penemuan dan pengujian serta peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan
model Problem Based Leaning ini, meliputi :
a. Jika terdapat peningkatan
pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan setiap siklusnya.
b. Jika terdapat peningkatan
hasil belajar siswa (individu) melalui pre tes dan post test setiap siklus yang
mendapat nilai rata-rata di atas 70 sudah lebih besar dari 70% maka sudah
dikatakan berhasil.
c. Jika terdapat peningkatan
sikap siswa saat diterapkan proses pembelajaran dengan model Problem Based
Learning semakin meningkat pada setiap siklus.
K. Jadwal Penelitian
NO.
|
KEGIATAN
|
BULAN KE :
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
PERSIAPAN
|
||||||
MENYUSUN KONSEP
PERENCANAAN
|
X
|
X
|
|||||
MENYUSUN INSTRUMEN
|
X
|
||||||
2
|
PELAKSANAAN
|
||||||
MELAKUKAN TINAKAN SIKLUS
1
|
X
|
X
|
|||||
MELAKUKAN TINDAKAN SIKLUS
II
|
X
|
X
|
|||||
3
|
PEYUSUNAN LAPORAN
|
||||||
MENYUSUN KONSEP LAPORAN
|
X
|
||||||
PENYEMPURNAN LAPORAN
|
X
|
L .Sistematika Penelitian
Halaman sampul
Abstrak
Halaman persetujuan
Halaman pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Abstrak
Halaman persetujuan
Halaman pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
B. Penelitian Terdahulu
C. Indikator Kinerja
D. Hipotesis Tindakan
A. Konsep Teori
B. Penelitian Terdahulu
C. Indikator Kinerja
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Latar Penelitian
C. Perencanaan Tindakan
D. Pelaksanaan Tindakan
E. Observasi dan Evaluasi
F. Refleksi
G.Teknik Pengumpulan Data
H. Teknik Analisi data
A. Pendekatan Penelitian
B. Latar Penelitian
C. Perencanaan Tindakan
D. Pelaksanaan Tindakan
E. Observasi dan Evaluasi
F. Refleksi
G.Teknik Pengumpulan Data
H. Teknik Analisi data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Latar Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan
A. Deskripsi Latar Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
A. Simpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Daftar Pustaka
Basuki, Wibawa.2003. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta. Dirjen Pendidikan dasar dan
menengah, direktorat Tenaga Kependidikan.
Mulyasa,
H.E. 2011. Paktik Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung : PT. Remaja rosdakarya.
Ridwan, Taufik.
2008. Implementasi problem based learning (pbl) pada proses pembelajaran
di bptp bandung. http://file.upi.edu/
diakses : 28 September 2012
Rini Widiastuti,2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis E-Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Basis Data Siswa Kelas Xi Rpl Di Smk Telkomsandhy Putra Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id.diakses : 5 januari 2012.
Sarbiran, putu sudira, priyanto.2007. pembelajaran_inovatif_di_smk http://eprints.uny.ac.id. Diakses : 5 januari 2013.
Suratman,
maman. 2001. Servis Dan Reparasi Mobil,
bandung : PT. Pustaka Grafika.
Toyota,
Pedoman Refarasi Mesin Seri K, 1990. Jakarta
: PT. Toyota-astra motor.
Lampiran
PEDOMAN
OBSERVASI
A. Data
Aktivitas Siswa Yang Relevan dengan Pembelajaran
No
|
Indikator
|
Ketercapaian
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Keberanian siswa dalam bertanya
|
||
2
|
Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran
(menyelesaikan tugas mandiri dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru)
|
||
3
|
Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
|
||
4
|
Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran
(dalam kerja kelompok)
|
||
5
|
Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran
|
||
6
|
Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat,ikut
melakukan kegiatan,selalu mengikuti petunjuk guru)
|
0 Komentar untuk "proposal PTK"